Menata Ruang Ekspresi Buah Hati
Oleh: Ibu Auf Afrin
Parents, sejak buah hati lahir, kemudian tumbuh bersama kita, menjadi anggota keluarga di rumah, tentu mereka selayaknya mendapatkan ruang ekspresi yang sama dengan orang dewasa (orangtuanya), juga anggota yang lain.
Seringkali orangtua berpikir bahwa mereka hanya anak kecil, sehingga seringkali pula mengabaikan setiap ekspresi anak yang membutuhkan ruang.
Tidak hanya ruang, tapi juga tertata.
Padahal, kehadiran mereka seharusnya menuntut kita lebih concern dalam mengapresiasi ucapan dan sikap yang mereka ungkapkan. Hal ini menjadi penting, karena bagi anak-anak, setiap pengalaman adalah input yang selalu baru. Maka apakah kita akan memanfaatkan kesempatan ini sebagai peluang untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran, ataukah melewatkannya begitu saja karena mereka hanya anak kecil?
Pahamilah bahwa semua anggota di rumah, tidak terkecuali anak-anak, semua bebas memiliki perasaan. Sebagaimana normalnya perasaan positif seperti: suka, cinta, sayang, dan sebagainya, normal pula memiliki perasaan negatif: tidak suka, benci, marah, kesal, dan sebagainya. Keduanya bisa diterima karena normal dimiliki semua orang. Akan tetapi menjadi tidak berterima, ketika perasaan-perasaan tersebut diungkapkan dengan cara yang buruk, yaitu menyakiti orang lain. Siapapun yang mendorong, menjambak, menarik, memukul, berarti sudah menyakiti. Begitu pula yang memaki, menghina, berkata-kata kotor, berarti sudah menyakiti. Sehingga perlu penataan yang tepat agar ruang ekspresi mereka menjadi pengalaman tertanamnya nilai-nilai kebenaran.
Parents, hal pertama yang harus dibangun adalah membiasakan anak-anak untuk berani bahkan senang mengungkapkan perasaan secara langsung. Perasaan suka, tidak suka, senang, kesal, dan sebagainya akan mudah kita arahkan ketika anak terbiasa mengungkapkan secara langsung. Nilai plusnya, anak terlatih kecakapannya dalam berkomunikasi. Meski sangat mungkin untuk melakukan mediasi melalui anggota keluarga yang lainnya bagi anak-anak yang sulit tergali perasaannya, alangkah lebih baik tetap memberikan ruang kepada anak untuk mengungkapkan secara langsung perasaannya walau dengan susah payah. Itu lebih baik.
Kemudian beberapa hal berikutnya yang penting dalam menata ruang ekspresi buah hati adalah:
Siapapun anggota di rumah yang menyakiti, dipanggil. Ayah atau ibu bisa menjadi pihak yang memanggil
Beri kesempatan anak untuk klarifikasi menceritakan apa yang terjadi, curhat lebih baik
Tidak disebut menyakiti jika terbukti anak tidak sengaja
Tidak disebut menyakiti jika terbukti dalam rangka membela diri
Jika terbukti menyakiti, anak diberi konsekuensi
Tentu akan menjadi hal yang rumit jika yang sudah terbiasa menyakiti justru adalah orang tuanya… Hehe.
Misal, terbiasa mengungkapkan perasaan dengan cara-cara yang buruk. In sya Allah tidak ya, Parents…
Semoga kita senantiasa menjadi orangtua yang saleh dan shaliha. Aamiin. []
One Comment