R.E.P.O.T
Seringkali kita berdalih “yang penting kan kualitasnya, bukan banyaknya waktu yang kita habiskan bersama anak”.
Kalimat ini begitu mudah kita katakan, tapi seringkali kita lupa menakar waktu berkualitas itu seperti apa?
Kita lupa memastikan, waktu berkualitas itu menurut anak atau menurut kita saja?
Sedihnya, jika waktu yang kita anggap berkualitas bersama anak, bagi anak justru sama saja dengan waktu-waktu yang lain. Sama-sama tak berarti. Sama-sama membosankan.
Berawal dari sikap orangtua tidak mau direpoti anak, akhirnya sulit mengukur apa itu waktu berkualitas. Jalan pintas kerap kita ambil, sadar atau tak sadar.
Begitu anak menangis, terlalu banyak bertanya, tingkahnya merepotkan, kemudian kita berikan televisi atau gawai.
Orang tua seolah berhasil menyelesaikan masalah, padahal sebenarnya ia tidak mau direpotkan.
Sesekali meminjamkan gawai memang tidak masalah selama terkontrol. Namun kita kehilangan kesempatan mengobrol dengan anak. Kehilangan hal-hal lain yang mampu menakar kualitas kebersamaan dengan mereka. Hanya karena kita tidak mau direpoti anak.
Padahal tingkah laku anak yang sangat merepotkan, tidak jarang berawal dari sikap kita yang tidak mau direpoti anak.
Tidak perlu salah paham, kita adalah orang tua yang senantiasa belajar. Masih sering merasa betapa merepotkannya anak-anak. Akan tetapi, tak ada lagikah bagi kita ruang untuk saling bertegur sapa, saling mengingatkan, menasihati, memberi tahu tentang tingkah mereka dibanding “diredam” dengan jalan pintas (gawai dan TV, misalnya)? [] Maqdiyya Mahwa
0 Comments