Pilih Suami Meninggal atau Selingkuh?
Oleh:
Sarah Mulyani

Semalam, lagi datang masanya susah tidur. Lalu saya melakukan beragam kegiatan dan berharap rasa kantuk datang. Tapi anehnya justru semakin melek.
Akhirnya, saya putuskan untuk melanjutkan tulisan yang masih menggantung. Alhamdulillah, selesai satu tulisan dan langsung kirim ke media, terus berpindah ke tulisan lain tapi malah mandeg; hanya menambah dua paragraf.
Teringat kata Bang Tere Liye, kalau lagi mandeg tuh cari hiburan dulu. Itu pesan beliau yang saya ingat setelah selesai event Jumpa Penulis tahun 2017 di Taman Marzoeki Mahdi, Jakarta.
Sudah lama juga gak berselancar di FB. Akhirnya buka FB deh untuk sejenak berselancar di timeline.
Munculah pertanyaan dari akun seorang perempuan: “Pilih suami meninggal atau selingkuh?”
Seketika saya membeku. Kok bisa ya ada pertanyaan macam begitu?
Saya rasa bukan hal yang setara menjadikan meninggal dan selingkuh sebagai pilihan. Karena meninggal bukanlah pilihan, tapi itu kepastian yang akan datang pada setiap yang bernyawa. Jadi dipilih ataupun tidak maut akan datang pada suami, bahkan saya sendiri.
Sementara selingkuh adalah perbuatan yang ada dalam kuasa manusia untuk memilih atau menolaknya. Sebagai manusia, telah Allah bekali akal untuk bisa menentukan mana yang benar atau salah, mana yang harus ditinggalkan atau dilakukan. Selingkuh pun dalam pandangan agama termasuk pada perbuatan zina; pelakunya wajib dihukum rajam.
Merasa teriris hati ini membaca salah satu komentar seorang istri memilih suaminya berselingkuh, karena masih bisa melihatnya dan masih ada harapan ia berubah. Sementara apabila meninggal maka tidak ada kesempatan untuk melihatnya lagi.
Allah yang memegang hati setiap manusia. Dia yang membolak-balikkan hati manusia. Kita tidak tahu akankah ada kesempatan ia berubah atau tidak, sementara harapan ia berubah belum pasti tapi dosa berselingkuh telah pasti didapatkannya. Ridakah apabila suami berdosa? Bukankah kita mengharapkan berkumpul bersama dengan keluarga di surga?
Ingatlah, cinta bukan sekadar bisa melihatnya dan memuaskan nafsu dunia. Cinta karena Allah adalah melangkah bersama meniti jalan menuju surga-Nya. Maka jangan pernah ridakan pasangan kita melakukan dosa. Bukankah Allah memerintahkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka?
Apabila suami meninggal, semoga ia meninggal dalam keadaan husnul khatimah; pada saat melakukan amal saleh, menjaga agama Allah, menjadi hamba yang taat. Sebagai Istri, hanya bisa mendoakan semoga ruh-nya diterima di sisi Allah dan ditempatkan di tempat yang terbaik.
Semoga teman-teman yang membaca tulisan ini diberkahi pernikahannya, Allah panjangkan jodohnya sampai akhirat, dikumpulkan kembali dengan pasangan dan anak-anaknya di surga-Nya. Aamiin.
Bagi yang belum menikah, masih ada waktu untuk menimba ilmu sebagai bekal pernikahan. Semoga Allah karuniakan calon yang saleh/shaliha sebagai teman hidup. Aamiin. []
0 Comments