Mengapa Memberi Makanan?
#Canting | Oleh: Milda Nurjanah
Meski masih pada fase mengunjungi kedua orang tua pada Lebaran, kini, tidak jarang kami dikunjungi. Sekadar ingin langsung bertatap muka karena selama ini baru di ruang virtual saja, atau menengok studio mini. Jika tetamu tersebut datang, saya menyiapkan jamuan ala kadarnya. Tidak jarang melibatkan anak-anak seperti meminta tolong mencarikan gelas atau teko.
Menjelang tamu pulang, ayahnya anak-anak biasanya mencari makanan atau sesuatu yang bisa dibekalkan. Melihat kebiasaan ini, Aafiya bertanya. “Bunda, kenapa kalau ada tamu suka ngasih makanan?”. Pertanyaan itu ia lontarkan meski tamu masih ada. Begitulah kepolosan anak-anak. Saat itu, saya jawab hanya dengan senyuman dahulu.
Dalam kesempatan yang lebih leluasa, saya ingatkan kembali pertanyaan tersebut. Saya ajak ia mengeja hadits. Menerjemahkan per kata lalu menerangkannya.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ اْلأخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
Mengeja hadits ini bukan hal baru bagi Aafiya karena memang ia pelajari di sekolahnya. Ketika ia melakukan suatu kesalahan, atau mengajak berbuat kebaikan, tinggal mengingatkannya pada hadits yang telah dihafal. Jika telah diingatkan, ia hanya tersipu, tanpa banyak membantah. Beginilah seorang muslim dibiasakan. Hawa nafsu tunduk pada wahyu. Semoga Allah Ta’ala senantiasa melembutkan hatimu, Nak.
0 Comments