Mengantarkan Anak pada Kodratnya di Era Digital
Tulisan berikut adalah sebuah catatan dari salah satu peserta Parade Parenting Quki School 2021. –Redaksi
Oleh:
Mamik Laila (Peserta Parade Parenting Quki School 2021, dari Nganjuk Jawa Timur)
Memiliki anak adalah anugerah. Memiliki anak adalah tujuan dari pernikahan. Apabila kita diamanahi anak, maka sudah sewajarnya sebagai orangtua harus mengembalikan pada kodratnya, yaitu sebagai hamba Allah SWT.
Dewasa ini, banyak anak yang jiwanya rapuh, bengis, memiliki dekadensi moral, dan pergaulan bebas. Anak-anak seperti itu rendah secara akademis. Ditambah teknologi yang berkembang sangat cepat, hingga menggerus dunia anak dan terjadi disruption yang hebat.
Dalam parenting, kita tidak boleh memicingkan sebelah mata hanya menerima apa adanya. Ada dua fenomena besar yang dikaji oleh Pak Nopriadi Hermani, Ph.d yaitu popcorn brain dan matang semu.
- Popcorn Brain, digambarkan sebagai otak yang meletup-letup seperti popcorn. Anak susah konsentrasi. Atensinya meloncat ke sana kemari.
- Matang Semu, dijelaskan secara fisik bahwa anak tampak dewasa seperti orang dewasa pada umumnya, tapi mentalitasnya sangat labil.
Dua kondisi tersebut akan menimbulkan bahaya, karena anak akan menjadi irrelevant.
Beberapa hal yang penting dalam mendidik anak:
- Peran dan tanggung jawab ayah sangat penting. Jangan sampai terjadi fenomena father hunger seperti saat ini.
- Tiga poin penting dalam parenting:
- Kesadaran dan peran orangtua
- Mengetahui situasi zaman sekarang (today)
- Memiliki konsep parenting yang jelas
Penjelasannya:
- Orangtua, khususnya ayah, diingatkan pada surat at-Tahrim ayat 6, agar menjaga diri dan keluarga dari api neraka yang bahan bakarnya batu dan manusia.
Ucapan Ali bin Abi Thalib yang mendorong untuk mendidik anak kita sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan seperti pada zaman orangtuanya. Penting sekali bahwa orangtua, khususnya ayah memiliki pandangan jauh ke depan (visioner) terhadap anak-anaknya.
Ibnu Qoyyim juga mengingatkan kerusakan yang terjadi pada anak, kebanyakan datang karena orangtua.
- Zaman sekarang adalah zaman digital. Tidak bisa dielakkan, dipungkiri dan tidak mungkin kembali ke belakang. Maka harus dihadapi dan segera mencari strategi.
- Konsep parenting yang jelas mutlak dibutuhkan bagi orangtua dalam mendidik anak agar tahu akan dibawa ke mana si anak. Semua kembali kepada orangtuanya. Dalam buku The Model, intisari konsep parenting adalah konsep tuning.
Beberapa konsep tuning menurut Pak Nopriadi Hermani adalah:
- High E-motion Intensity
- Authority. Orangtua awalnya sangat memiliki otoritas penuh terhadap anak. Namun seiring anak tumbuh dewasa, otoritas yang dipatuhinya akan berpindah pada orang lain (seperti influencer, dll)
- Repetition: mengulang-ulang apa yang perlu di-tuning-kan pada anak
- Learning and Knowledge
- Imagination atau visualisasi
Dari konsep tuning tersebut, hal yang paling menarik adalah mengembalikan anak pada kodratnya, yaitu sebagai hamba Allah SWT yang hidup dengan panduan dari-Nya. Anak harus paham bahwa dia hidup from الله for الله and (will be back) to الله.
Dengan berbagai strategi yang bisa diambil bagi setiap keluarga, Pak Nopriadi menggunakan metode storytelling untuk men-tuning putra-putrinya.
Ada beberapa level storytelling: (1) Membacakan buku cerita, (2) Membaca dengan mengembangkan cerita sendiri, (3) Bercerita tidak menggunakan buku, dan (4) Kita & anak berada dalam cerita tersebut. []
0 Comments