Ilmu Lebih Manis dari Madu
Ini adalah kisah Ibnu Jauzi.
Nama aslinya Abul Faraj Abdurrahman bin Ali Al-Jauzi. Lahir sekitar tahun 508 atau 510 H. Wafat pada 597 H. Teman terdekatnya adalah buku. Ia termasuk orang yang Allah Ta’ala karuniai merasakan kelezatan ilmu melebihi kelezatan dunia. Ia pernah bertutur bahwa siapa saja yang menghabiskan masa mudanya untuk ilmu, maka pada masa tuanya nanti ia akan mensyukuri hasil yang ditanam. Dia akan menikmati hasil karya yang telah dihimpun. Dia tidak akan menghiraukan hilangnya kenyamanan fisik yang dialami setelah ia melihat kelezatan ilmu diraih. Dia juga akan meraih kelezatan saat mencari. Bahkan bisa jadi upaya meraih ilmu lebih terasa nikmat daripada ketika telah meraihnya.
Ia sangat mencintai ilmu sehingga membaca dan menulis banyak buku. Saat berumur 13 tahun, sudah mengarang buku yang sangat bagus. Pada usia tua, ia pernah berkata pada cucunya, “Dengan jariku ini, aku menulis 2.000 jilid buku, 100.000 orang bertaubat, dan ada 20.000 orang yang masuk Islam dengan sebab dakwahku.” Wah hebat ya!
Sejak kecil ia selalu memanfaatkan waktu dengan baik. Tak ada permainan yang lebih asyik baginya selain bermain bersama buku. Maka dari itu, setiap kali ada teman bermain ke rumah, sambil berbincang, tangannya memainkan alat tulis. Bisa meruncingkan alat pena, memotong kertas, menata lembaran dan lain-lain.
Jerih payah dan kelelahan dirasa nikmat jika dengannya ia mendapatkan ilmu. Suatu hari, ia pernah membawa bekal roti kering untuk mencari hadits. Saat isitirahat di pinggir sungai, roti itu tidak bisa dimakan karena sangat keras. Maka, ia celupkan roti ke sungai agar bisa dimakan. Sekali menelan diiringi dengan meminum air sungai. Kayak gimana ya rasanya? Air terasa lezat seperti madu.
Bagaimana caranya bisa merasakan nikmat belajar seperti Ibnu Al-Jauzi? Coba saja membaca dan menulis, kelak akan merasakan sendiri kenikmatan itu.
كُنْتُ فِيْ حَلاوَةِ طَلَبِي الْعِلْمِ أَلْقِي مِنَ الشَّدا ئِدِ ما هُوَ عِنْدِي أَحْلى مِنَ الْعَسَلِ
“Aku merasakan nikmatnya menuntut ilmu, hingga rintangan berat yang kualami terasa lebih manis dari madu.”
0 Comments