Berjalan Tujuh Tahun Demi Ilmu
Ini adalah kisah Abu Hatim Ar-Razi.

Pernah mencoba menghitung berapa jarak dari rumahmu ke sekolah? Naik kendaraan atau berjalan kaki? Diantar atau sendiri? Jika kamu merasa lelah karena jauhnya jarak, sesungguhnya ada pendahulu kita yang lebih menempuh kelelahan. Dengan membaca kisah ini kamu akan merasa kelelahan tersebut belum ada apa-apanya.
Nama aslinya Muhammad bin Idris. Mirip dengan nama Imam siapa hayo?! Ketika sudah menjadi ulama, beliau dikenal dengan sebutan Abu Hatim Ar-Razi. Lahir tahun 195 H. Wafat tahun 277 H. Bepergian dari satu negeri ke negeri lain baginya seperti bolak-balik ke kamar mandi.
Muhammad memulai pengembaraan mencari ilmu sejak umur tujuh tahun. Ia pernah berkata, “Aku menghitung jarak yang aku tempuh dengan kedua kakiku lebih dari seribu farsakh.” Berapa ya itu? Satu farsakh sama dengan tiga mil. Satu mil kira-kira 1,6 km. Jadi, seribu farsakh itu sama dengan 4.800 km! Maa syaa Allah! Sejauh itu ia tempuh dengan berjalan kaki selama kurang lebih empat bulan. Setelah itu, ia tidak lagi menghitung jarak ditempuh.
Perjalanan dari Kufah ke Baghdad sudah tidak terhitung berapa kali. Dari Mekkah ke Madinah berkali-kali. Dari kota Maghrib Aqsha ke Mesir. Dari Mesir ke Ramalah. Dari Ramalah ke Baitul Maqdis. Dari Ramalah ke Asqalan. Dari Ramalah ke Thabariyah. Dari Thabariyah ke Damaskus. Dari Damaskus ke Hims. Dari Hims ke Antokia. Dari Antokia ke Thurthus. Dari Thurthus kembali ke Hims karena masih ada hadis Abul Yaman yang belum didengar. Dari Hims menuju Baisan. Dari Baisan ke Riqqah. Dari Riqqah menyeberangi sungai Eufrat menuju Baghdad. Sebelum menuju Syam, keluar dari Wasith menuju Nil. Dari Nil ke Kufah. Ini perjalanan pertama saat berusia 20 tahun. Berkeliling selama tujuh tahun! Keluar dari Ray pada bulan Ramadhan tahun 213 H. Pulang pada tahun 221 H.
Perjalanan kedua pada tahun 242 H. Pulang pada tahun 245 H. Saat itu Imam sudah berusia 47 tahun.
Perjalanan tidak selalu mulus. Berkali-kali ia mengalami rintangan di perjalanan. Tidak jarang mengalami kelaparan karena tidak makan hingga dua atau tiga hari. Kalau kamu pernah tidak makan dalam sehari?
Pernah juga ia menempuh perjalanan melalui laut bersama dua orang temannya. Tiba-tiba saja ada badai yang menghempas perahunya. Merekapun terkatung-katung di tengah laut selama tiga bulan. Perbekalannya ludes. Begitu tiba di darat mereka berjalan kaki. Dua hari tidak makan. Pada hari ketiga ia dan seorang temannya pingsan. Seorang lagi mencari bantuan. Alhamdulillah, ia bertemu dengan rombongan yang akhirnya menolong mereka.
Begitulah suka duka menuntut ilmu. Dengan kesungguhannya, ia berhasil mencapai derajat yang tinggi dalam ilmu. Pada usia 14 tahun ia sudah mengumpulkan dan menulis hadits-hadits. Renungi nasihat beliau ini ya.
أُكْتُبْ أَحْسَنَ ما تَسمَعُ واحْفَظْ ما تَكْتُبُ
“Tulislah apa-apa yang terbaik dari yang kamu dengar dan hafalkan apa-apa yang terbaik dari yang kamu tulis.”
Masyaallah tabarakallah.. jadi malu suka ngeluh dalam hati saat pulang pergi jemput albi ke sekolah.. padahal anaknya mah B aja gak pernah ngeluh
Luar biasa pengorbanan keluarga Albi mah, nggak usah diragukan lagi. Kebayang tiap putaran roda PP 50 km diganjar pahala yg berlipat-lipat sama Allah 🤩