Jalan Hidup yang Lurus
Oleh: Muhammad Supriadi | Kepala Sekolah QuraniKids Elementary School
***
Hal penting yang harus kita tentukan dalam menempuh sebuah perjalanan adalah “tujuan”.
Perbekalan yang banyak akan menjumpai kesiaan, jika kita tak tahu arah tujuan yang ditempuh. Perbekalan akan habis di perjalanan, kelelahan dijumpai, dan ketersesatan tidak bisa dipungkiri seandainya kita sendiri tak bisa menentukan tujuan.
Setelah menentukan tujuan, langkah kedua yang harus kita tentukan adalah “jalan” mana yang akan kita tempuh. Semestinya kita harus memastikan dulu jalan dan rute perjalanan, terlebih di tengah banyak persimpangan. Jika sudah memastikan rutenya, hal terakhir yang harus kita siapkan adalah “perbekalan”.
Begitupun dalam hidup. Sebelum kita melangkah ada hal yang harus kita tentukan terlebih dahulu, yakni tujuan hidup dan hakikat kehidupan.
Jawaban utuh tentang hakikat kehidupan akan kita jumpai setelah kita meyakinkan diri dengan pertanyaan mendasar:
Dari mana kita berasal?
Apakah kita diciptakan atau wujud dengan kebetulan?Mengapa ada kehidupan?
Untuk apa kita hidup?
Apa saja yang harus kita lakukan dalam kehidupan ini?Apa yang terjadi jika kita mati?
Apakah ada sesuatu yang lain setelah kematian?
Dari sinilah manusia terbagi menjadi tiga golongan.
Golongan pertama, adalah mereka yang mengatakan bahwa segalanya berasal dari materi. Hidup di dunia adalah untuk mengejar materi. Setelah mati akan kembali menjadi materi. Inilah paham materialisme.
Golongan kedua, adalah mereka yang meyakini adanya pencipta (Tuhan). Hidup di dunia adalah untuk Tuhan. Setelah mati akan menjumpai hari pertanggungjawaban. Inilah paham keagamaan yang benar dan utuh.
Golongan ketiga, adalah mereka yang mengakui adanya Tuhan, tapi mereka tidak mau diatur dengan aturan Tuhan. Padahal dia sendiri meyakini bahwa setelah kematian akan ada dua tempat pembalasan, yakni surga dan neraka. Namun mereka tidak ambil peduli. Inilah paham sekularisme (memisahkan urusan agama dari kehidupan).
Tidak ada pilihan lain yang paling tepat selain berislam. Islam mengajarkan keyakinan terhadap Allah, hakikat menjalani kehidupan dan keyakinan akan adanya kehidupan setelah kematian yang terkonsep dalam Akidah Islam. Islam mengajarkan pula cara untuk menjalaninya, yang kesemuanya terkonsep dalam syariat.
Dari mana kita tahu bahwa Islamlah jawaban yang tepat?
Dengan pengamatan yang mendalam akan meyakinkan kita bahwa di balik alam semesta, manusia dan kehidupan, mutlak berada Sang Pencipta.
Di balik makhluk yang teratur pasti ada Yang Maha Mengatur.
“Sesungguhnya agama yang diridai di sisi Allah hanyalah Islam.” (TQS Ali Imron [3]: 19)
Sementara itu, Alquran adalah kalamullah yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Sudah 14 abad lamanya manusia tidak mampu menandinginya. Sampai penyair ulung seorang Arab pun tidak ada yang mampu untuk sekadar membuat satu ayat seperti Alquran pun.
Begitu juga Nabi Muhammad SAW, sebagai orang Arab pun, tidak mampu membuatnya. Terlebih lagi kalam Muhammad SAW dan Kalamullah tampak perbedaannya dalam gaya bahasa.
Dari sini kita yakin 100% bahwa Alquran adalah kalamullah. Dari Alquran kita mengetahui bahwa Yang Maha Menciptakan adalah Allah. Dari Alquran juga kita mengimani apa yang gaib bagi kita. Pun dari Alquran kita mengetahui jalan kehidupan yang lurus.
“Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Alquran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Alquran itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar. Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya), dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (TQS al-Baqoroh [2]: 23-24)
Islam adalah agama sekaligus ideologi atau sistem kehidupan. Islam adalah seperangkat aturan tentang kehidupan yang komprehensif; syamilan wa kamilan.
Dimensi I, Islam mengatur hubungan manusia dengan penciptanya. Ini termasuk dalam bahasan akidah dan ibadah.
Dimensi II, Islam mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Ini termasuk dalam bahasan akhlak, pakaian dan makanan-minuman.
Dimensi III, Islam mengatur hubungan manusia dengan manusia yang lainnya. Ini termasuk dalam bahasan sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem hukum, sistem pergaulan, sistem pemerintahan, dsb.
“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (TQS Ali Iimran [3]: 85).
0 Comments