Yang Memengaruhi Akhlak Seorang Anak
Sukakah jika ada seorang anak tapi menunjukkan akhlak yang tidak baik kepada kita?
Lalu bagaimana seandainya anak kita sendiri juga berlaku seperti itu; menampakkan akhlak yang tidak baik?
Bukan saja kepada orang lain, tapi kepada kita sendiri juga sebagai orangtuanya.
Tentu kita tidak mengharapkan anak kita mempunyai akhlak yang tidak baik, entah itu kepada orang lain, terlebih lagi kepada kita sebagai orangtuanya sendiri.
Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk memerhatikan bagaimana akhlak seorang anak itu bisa dibentuk menjadi baik.
Makanan
Satu hal mendasar yang bisa memengaruhi baik buruknya akhlak seorang anak adalah asupan makanan yang diberikan kepadanya, bahkan sejak masih dalam kandungan.
Islam mempunyai ketentuan dalam hal makanan yang harus diperhatikan oleh orang-orang yang beriman. Ketetuan tersebut berupa kehalalan dan juga thayyib (baik/ bagus dari sisi gizi; tidak mengandung bahan yang berbahaya) sebuah makanan dan atau minuman yang diambil.
Maka, memberi asupan yang halal lagi thayyib kepada anak sejak dia berada dalam kandungan merupakan suatu keharusan. Makanan halal dan thayyib sebagai ketentuan dari-Nya untuk kita sudah pasti akan banyak mengandung manfaat dan keberkahan.
Ulama-ulama terdahulu dan yang kemudian, yang di antaranya memiliki magnum opus berupa kitab-kitab yang sampai saat ini masih dipakai oleh kaum Muslim, banyak yang mengisahkan bahwa makanan mereka terjaga dari sisi kehalalan dan kethayyibannya.
Sebagai contoh, menurut salah satu sumber, kecerdasan Ust. Adi Hidayat hingga bisa menyebut posisi ayat dalam mushaf Alquran, salah satunya adalah karena ibunya selalu menjaga asupan makanan yang diberikan kepadanya sejak kecil. Maka tak heran kecerdasan beliau begitu cemerlang.
Sodoran Dunia
Kemewahan dunia yang selalu disuguhkan kepada anak bisa menjadikan akhlaknya buruk. Sebab harta adalah satu dari sekian hal yang mendekatkan manusia pada kesombongan.
Meski orangtua mampu, sebaiknya anak diajarkan adab untuk bersikap zuhud; tidak membiasakannya berdekat-dekatan dengan kemewahan, agar hatinya tidak terpaut dan cenderung pada dunia.
Anak yang tumbuh dalam kultur kecintaan pada dunia dan kemewahannya, serta suka bersenang-senang karenanya, akan menjadikannya sebagai pribadi yang egois.
Mereka hanya akan mementingkan dirinya sendiri dan tidak peduli terhadap keadaan orang lain.
Hal kecil yang bisa diajarkan orangtua untuk menekan kecintaan anaknya pada dunia adalah dengan mengajarkannya makan tanpa lauk, bersederhana dalam penampilan, bahkan membatasinya bergaul dengan anak yang terbiasa hidup mewah.
Sikap Malu
Ustadz Budi Ashari pernah menerangkan bahwa jika anak sudah mulai memasuki masa puber dan sifat yang menonjol adalah malu, maka itu adalah tanda kecerdasan. Juga merupakan kabar gembira akan sempurnanya akal, karena menunjukan kedewasaan akalnya setelah baligh nanti.
Rasa malu harus terus dilatih. Orangtua harus mengajari sikap malu dengan adabnya.
Salah satunya sikap malu terhadap lawan jenis; malu sehingga dia mau menutup auratnya.
Rakus terhadap Makanan
Rakus makan pada anak adalah salah satu sifat yang memperburuk akhlak.
Sifat rakus erat kaitannya dengan syahwat perut, yang dengannya juga Nabi Adam dikeluarkan dari surga.
Dalam Islam ada ketentuan untuk segala hal, yakni jangan berlebihan. Pun dengan masalah makan ini.
Jika anak sudah rakus akan makanan, orangtua wajib mengajari mereka adab makan. Selayaknya kita menanamkan pada anak-anak bahwa makan itu sama dengan obat, di mana tujuan makan adalah untuk menguatkan badan agar mampu beribadah. Jadi tidak boleh berlebihan.
Untuk mengatasi sifat rakus ini anak-anak bisa dibiasakan untuk banyak belajar puasa guna menekan syahwat perut.
Kualitas Idola
Jika anak mengidolakan seseorang, sedikit banyak perilakunya akan mengikuti orang yang diidolakannya tersebut.
Maka sudah selayaknya orangtua harus penuh perhatian dalam masalah ini.
Mendekatkan anak pada Alquran, hadits dan sejarah Islam bisa membuat mereka menanamkan kecintaannya pada sosok yang tepat, seperti Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan orang-orang saleh.
Sebaliknya, jika anak mengidolakan sosok-sosok seperti artis, penyanyi, dan yang semacamnya, tentu itu akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap akhlaknya. [] Quki Chan
0 Comments