Abdul Hamid II: Sang Perisai Palestina
#MasaKecilParaPemimpin
Mari kita tengok Palestina antara tahun 1876-1909. Saat itu, Palestina bagian dari negara Khilafah Utsmaniyyah. Rakyatnya hidup damai. Umat Islam dengan umat agama lainnya hidup berdampingan. Tidak ada rakyat Palestina yang ditindas Yahudi Israel seperti sekarang ini.
Saat itu, negara Khilafah dipimpin oleh Khalifah Abdul Hamid II dari bani Utsmaniyyah. Beliau adalah seorang Khalifah yang berjuang keras menyerukan persaudaraan dan persatuan umat Islam di dunia Islam.
Khalifah Abdul Hamid II lahir pada 16 Sya’ban 1258 H (1842 M) di Istana Topkapi Istanbul, ibu kota khilafah saat itu. Ibu Khalifah Abdul Hamid II membesarkan beliau dengan kasih saying dan didikan agama Islam. Abdul Hamid II tumbuh menjadi anak yang shalih. Namun, ibunya meninggal dunia saat beliau berumur 10 tahun. Innaalillaahi …
Sejak peristiwa menyedihkan itu beliau diasuh dan dididik istri kedua ayahnya atau ibu tiri. Ibu tiri beliau taat agama dan sangat lembut. Hingga dewasa, Abdul Hamid sangat dekat dengannya. Didikannya berpengaruh pada Abdul Hamid hingga dewasa.
Sejak kecil, Abdul Hamid mempelajari Bahasa Arab. Hasilnya, beliau mahir berbahasa Arab sejak usia dini, walaupun berasal dari keturunan Turki. Masa kecil beliau juga dihabiskan dengan mempelajari akhlak, Bahasa Persia, sejarah dan sastra. Beliau juga berlatih menggunakan senjata seperti pedang dan pistol.
Saat berusia 34 tahun, Abdul Hamid II diangkat menjadi khalifah yang memimpin negara Khilafah. Saat itu tahun 1293 H (1876 M). Rakyat menyambutnya gembira. Istanbul dihias selama tiga hari. Surat dikirimkan ke berbagai penjuru dunia untuk mengumumkan pelantikan tersebut.
Setelah dinobatkan menjadi khalifah, beliau melakukan berbagai aksi peradaban. Beliau sangat mementingkan Bahasa Alqur’an agar menjadi Bahasa resmi negara. Bahasa Alqur’an itu ya Bahasa Arab.
“Bahasa Arab adalah Bahasa yang yang sangat indah. Alangkah indahnya jika kita menjadikannya Bahasa resmi negara,” kata Abdul Hamid II.
Khalifah Abdul hamid II tidak menyukai perempuan dengan laki-laki bukan mahram bercampur baur tanpa ada keperluan. Sebab, dilarang dalam Islam. Khalifah Abdul Hamid II memerintahkan agar dibangun tempat belajar perempuan yang terpisah dari tempat belajar laki-laki.
Pada masa Abdul Hamid II, kehidupan perempuan sudah terpengaruh gaya Barat. Kaum perempuan ada yang berani keluar rumah dengan rambut terbuka. Khalifah Abdul Hamid II miris melihatnya. Beliau memerintahkan polisi untuk ikut mengawasi masyarakat agar kaum perempuannya berhijab saat keluar rumah. Jika ada yang melanggar akan ditindak.
Perhatian Khalifah terhadap ukhuwah dan persatuan umat Islam dunia sangat besar. Beliau lalu mendirikan institute muballigh dan da’I yang menyerukan umat Islam sedunia untuk bersatu dalam Khilafah.
Khalifah juga sangat memerhatikan anak-anak. Ia ingin ada pelayanan modern dan gratis untuk kesehatan anak-anak. Oleh karena itu, tahun 1899 beliau membangun RS anak di daerah Sisli, Istanbul. Di dalamnya menggunakan teknologi terbaik serta tenaga medis paling ahli. Rumah sakit ini dinamai “Hamidiyah” atau “ Hamidiye” dalam Bahasa Turki. Rumah sakit ini melayani seluruh anak dari agama atau suku bangsa manapun yang berada di Khilafah.
Tahun 1908 jalur kereta api Hijaz yang menghubungkan Damaskus dan Madinah rampung dan bisa digunakan. Jalur ini sangat mempermudah perjalanan jamaah haji. Berbeda dengan jalur di Timur Tengah lainnya seperti halnya jalur kereta api Baghdad, jalur kereta api ini dibangun tanpa bantuan luar negeri.
Suatu saat, Theodore Herzl menulis surat untuk Khalifah Abdul Hamid II. Isinya sogokan. Sultan diiming-imingi berbagai hal dan sebagai gantinya beliau harus rela menyerahkan tanah Palestina untuk orang-orang Yahudi.
- 150 juta poundsterling Inggris khusus untuk Sultan
- Membayar semua utang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling Inggris
- Membangun kapal induk untuk pemerintah, dengan biaya 120 juta Frank
- Memberi pinjaman 5 juta poundsterling tanpa bunga
- Membangun universitas Utsmaniyyah di palestina.
WOW! Banyak banget ya. Kalau dibelikan lego atau boneka kayaknya rumah kita ga muat deeh
Tentu saja Khalifah Abdul Hamid II menolak. Beliau murka pada orang-orang Yahudi. Khilafah tidak akan memberikan tanah Palestina pada siapapun walau sejengkal. Akhirnya, Palestina aman di wilayah negara Khilafah selama Khalifah Abdul Hamid II memimpin.
Sumber: Primedia Publishing
0 Comments