Tahfizh Camp #4
Hey, ada yang tak terduga pada Tahfizh Camp #4 kemarin!
Tapi alhamdulillah ada hikmahnya.
Memangnya apa hal tak terduga yang ada pada Tahfizh Camp #4 kemarin?
Adalah hujan turun secara nonstop pada hari pertama kegiatan berlangsung, membuat rundown yang sudah panitia susun sedemikian rupa menjadi agak kacau. Rencana cadangan yang dipersiapkan sejak panitia menyiapkan acara juga meleset karena ternyata tenda-tenda yang kami sewa pada saat itu semuanya bocor!
Lalu hikmahnya apa?
Banyak! Banyak sekali!
Meski terkesan klise, di antara hikmah yang kami dapatkan adalah: sebagus apapun kita punya rencana, hanya Allah-lah yang menentukan.
Ya, begitulah sunnatullah adanya. Sejak awal kami sudah menyiapkan kegiatan Tahfizh Camp #4 ini secara optimal. Belajar dari kegiatan Tahfizh Camp pertama sampai ketiga, pada Tahfizh Camp #4 kali ini kami menyiapkan modul baik untuk panitia maupun para peserta, sehingga semua bisa saling mengingatkan jika rundown kegiatan melenceng dari yang sudah disepakati.
Rasa percaya diri yang dimiliki panitia rupanya diuji oleh Allah dengan sesuatu yang dikuasai-Nya sedang manusia tak mampu menguasainya. Mendungnya langit sejak Jumat subuh itu tak kuasa kami bendung. Hujan lantas turun membuat kami sigap bergegas menyusun ulang setiap rencana-rencana cadangan secara beruntun.
Pemasangan tenda tidak bisa segera dilakukan karena ada miskomunikasi dengan pihak pengelola tempat berkemah, sehingga kami harus berpindah area dari yang sudah kami booking ke tempat yang tak terencana.
Bukan hanya tidak bisa bersegera, karena pada saat pemasangan tenda pun hujan tak henti-hentinya menyapa punggung kami dan membasahi tanah serta rerumputan yang kami pijak. Penyiapan dapur guna memasak dan memberikan anak-anak makanan pun menjadi sedikit terkendala.
Tapi di balik itu semua kami belajar mensyukurinya. Karena bagaimanapun juga hujan adalah rahmat dari-Nya yang tak akan menyalahi manfaat yang dikandungnya.
Darinya, dari becek yang diakibatkannya, dari cuaca lembab yang disebabkannya, dari segala peralatan dan aktivitas yang dihambatnya, kami belajar sigap mengantisipasi dan mencari solusi yang semula tak direncanakan.
Kami dituntut untuk senantiasa mengaktivasi pikiran agar kreatif mencari solusi. Anak-anak juga belajar dihadapkan pada satu contoh fragmen kehidupan yang terkadang tak sesuai seperti yang dibayangkan. Agar kelak mereka terbiasa menghadapi segala kemungkinan yang tak sejalan dengan rencana-rencana yang sudah disusun atau dibayangkannya, dengan aksi kreatif mencari solusi yang tepat. Serupa ketika tenda yang kami sewa ternyata mengalami kebocoran, anak-anak diungsikan dan tidur di musala yang berada di sekitar area kemping.
Malam di hari pertama Tahfizh Camp #4 yang dingin itu, tanpa ada selembar kain untuk sekadar menambah kehangatan, karena pakaian dan sleeping bag kami yang juga basah, tanpa ada ruang tambahan untuk berlindung kecuali musala yang terbuka, seolah memberikan kami pembelajaran bagaimana keadaan di dalam kubur kelak.
Cobaan hari pertama yang hampir keseluruhannya di luar skenario itu memang tidak mengenakkan. Tapi merutuk atas keadaan atau saling menyalahkan tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Jobdesc banyak yang melenceng dari ketetapan awal dan itu sangat membingungkan. Tapi keadaan tersebut juga melatih kepekaan di antara sesama panitia. Jika jobdesc-nya tidak bisa berjalan dengan baik, melakukan apa saja yang sekiranya bisa membantu sesama itu akan lebih bermanfaat karena bisa meringankan beban bersama.
Ada panitia yang semula bertugas sebagai penanggungjawab games dan pembimbing kajian sirah berubah menjadi Tim P3K yang sigap membantu peserta. Sebagian yang lain menjadi pengisi dadakan. Bagian dokumentasi menjadi tenaga konsumsi tambahan di dapur yang lebih mirip seperti tenda pengungsian. Ada juga pembimbing dan tim media yang justru habis waktunya dalam membantu tim logistik dalam settling segala sarana.
Menerima keadaan itulah kunci utamanya. Selanjutnya, kami meyakinkan diri bahwa badai ujian ini akan cepat berlalu seiring dengan datangnya pertolongan dari Allah. Syahdan, hujan baru berhenti pada pukul 1 malam. Agenda bakar jagung tetap terlaksana meski terlambat. Tubuh kembali menghangat. Tenda pun akhirnya bisa diperbaiki oleh pihak penyewa yang datang ke lokasi, dengan bonus tenda tambahan ukuran besar.
Permulaan Tahfizh Camp #4 kemarin benar-benar sangat berkesan untuk kami dan juga anak-anak. Perasaan kurang menyenangkan di hari pertama itu alhamdulillah bisa diimbangi dengan kenikmatan hiking penuh riang menuju air terjun sejauh 1-3 km dengan track bebatuan lagi menanjak.
Jenjang TK dan SD hiking ke air terjunnya dipisah. Sementara anak-anak TK hiking ke Curug Ciwalen (sekitar 1 km), anak-anak SD pergi hiking ke Curug Cibeureum sejauh 2,8 km dengan track menanjak!
Sebagai ciptaan-Nya yang menumpahkan derasan air dari atas tebing bisa kami tafakuri betapa alam ini sungguh indah untuk disyukuri oleh para hamba-Nya.
Selepas turun gunung pun anak-anak masih sibuk menghabiskan keseruan dengan bermain air asli pegunungan pada selaluan sungai dekat area kemah kami. Tak ada kesan menyesali hari pertama yang sungguh di luar perkiraan kami. Semuanya menikmati, semuanya berusaha untuk mensyukuri.
Mau baca juga cerita yang ditulis guru seputar Tahfizh Camp #4?
Klik di sini!